Metode ini ditemukan oleh dua ilmuwan asal Jerman, Dr. Franz Ziehl (1857-1926) ahli bakteriologi dan Friedrich Carl Adolf Neelsen (1854-1898) seorang ahli patologi.

Salah satu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa adalah dahak atau sputum. Dahak yang diperiksa paling sedikit 3-5 cc. Jika jumlah kuman kurang dari 5000 dalam 1 cc dahak, maka itu tidak akan kelihatan di bawah mikroskop.

Dahak yang diambil ialah dahak yang kental kuning kehijauan sebanyak 3-5 cc, dengan waktu pengambilan sebagai berikut :
  • Dahak sewaktu, penderita datang berobat dengan keluhan apa saja ke poliklinik.
  • Dahak pagi, yang diambil besok paginya begitu bangun tidur.
  • Dahak sewaktu, yang diambil sewaktu penderita mengantar dahak pagi tersebut.
Ludah tidak dapat diperiksa karena ludah berasal dari kelenjar dalam rongga mulut. Biasanya dalam ludah tidak terdapat kuman TB.

Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna karbol-fuchsin (fuchsin basa yang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Sediaan bakter ini disiram dengan cairan karbol fuchsin kemudian dipanaskan sampai keluar uap. Setelah itu, zat warna dicuci dengan asam alkohol dan akhirnya diberi warna kontras (biru atau hijau). Bakteri-bakteri tahan asam (spesies Mycobakterium dan beberapa Actinomycetes yang serumpun) berwarna merah dan yang lain-lain akan berwarna sesuai warna kontras.

Mycrobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan warna (dekolorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam. Ciri –ciri khas Mycobakterium tuberculosis dalam jaringan, basil tuberkel merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada perbenihan buatan terlihat bentuk coccus dan filamen. Mycobakteria tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram negatif. Sekali diwarnai dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meski dibubuhi dengan iodium. Basil tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya 95 % etil alkohol yang mengandung 3 % asam hidroklorida (asam alkohol) dengan cepat akan menghilangkan warna semua bakteri kecuali Mycobakteria. Sifat tahan asam ini bergantung pada integritas struktur selubung berlilin. Pada dahak atau irisan jaringan, Mycobakteria dapat diperlihatkan karena memberi fluoresensi kuning jingga setelah diwarnai dengan zat warna fluorokrom (misalnya auramin, rodamin).

(c) here
Malaria

Subordo haemosporina terdiri dari tiga famili, yaitu Plasmodiidae, Haemoproteidae dan Leucocytozoonidae. Makrogametost dan mikrogametosit berkembang secara terpisah. Bentuk zygot adalah motil disebut ookinete, sedangkan sporozoit berada dalam dinding spora. Protozoa ini adalah heteroxegenous, dimana merozoit diproduksi di dalam hospes vertebrata dan sporozoit berkembang dalam hospes invertebrata. Malaria sangat berperan penting dalam jatuh bangunnya suatu bangsa dan telah membunuh jutaan orang di seluruh dunia.

Sekitar 90 negara telah berusaha melakukan pemberantasan penyakit malaria ini, dan sampai sekarang masih merupakan penyakit yang penting dalam aspek ekonomi maupun korban kematian penduduk. Kemajuan telah diperoleh dalam usaha pemberantasan penyakit ini. Diantara tahun 1948-1965 sejumlah kasus malaria dapat dikurangi, total sekitar 350 juta menjadi tinggal 100 juta. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, pemberantasan daerah endemik malaria telah diselesaikan.

Sampai sekarang masih jutaan penduduk tinggal di daerah endemik malaria. Kondisi tersebut terjadi di suatu daerah atau suatu negara yang belum berkembang baik dalam hal administrasi pemerintahan, sumber dana dan sumber daya manusia dalam memberantas penyakit ini.

Klasifikasi: 
Family : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Species: Plasmodium vivax
Plasmodium falciparum
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale

Daur Hidup

Secara teknis, sebagi hospes definitif dari Plasmodium spp adalah hewan invertebrata yaitu nyamuk karena reproduksi seksual terjadi di sini. Sedangkan reproduksi aseksual terjadi pada hospes vertebrata termasuk orang, di sini disebut hospes intermedier. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa gametosit terbentuk dalam darah vertebrata dan fertilisasi terjadi di dalam lambung nyamuk. Dari hal tersebutlah yang menunjukkan bahwa vertebrata masih merupakan hospes definitif.

Fase Vertebrata

Bila nyamuk terinfeksi plasmodium menghisap darah vertebrata, nyamuk menginjeksikan air ludahnya (saliva) yang berisi sporozoit yang kecil dan memanjang masuk ke dalam aliran darah. Pada dasarnya sporozoit bentuknya mirip dengan Emeria atau parasit coccidia dengan panjang 10-15 um dan diameter 1 um.

Begitu masuk aliran darah sporozoit langsung menghilang dalam waktu 1 jam. Ternyata mereka masuk ke dalam parenkim hati atau organ internal lainnya. Fase ini disebut fase “Pre eritrositik” atau “exoerytrocytic primer” (schizogony). Begitu masuk ke dalam sel hati, parasit bermetamorfosis menjadi tropozoit. Tropozoit memakan sitoplasma dari sel hospes secara pynositosis. Setelah sekitar 1 minggu, tropozoit menjadi matang dan mulai mengalami proses scizogony. Sejumlah anak nuclei terbentuk dan berubah bentuk menjadi skizon yang disebut “Cryptozoit” . Dalam masa pembelahan inti, membran nukleus tetap utuh. Mitokondria membesar pada saat terjadi perkembangan tropozoit menjadi banyak mitokondria. Merozoit yang terbentuk terjadi setelah proses cytokinesis. Merozoit lebih pendek daripada sporozoit. Merozoit masuk ke sel hati lainnya dan membentuk skizon dan kemudian membentuk merozoit lagi.

Merozoit meninggalkan sel hati berpenetrasi ke dalam sel eritrosit, ini adalah awal fase “eritrositik”. Begitu masuk eritrositt, merozoit berubah bentuk menjadi tropozoit lagi. Sitoplasma sel darah dimakan dan membentuk vacuola cincin sitoplasma dengan nukleus berada di pinggirnya. Pada saat tropozoit tumbuh, vacuola menjadi tidak jelas, tetapi terlihat granula pigmen dari hemozoin dari vacuola. “Hemozoin” adalah produk dari digesti parasit asal hemoglobin dari hospes tetapi bukan degradasi dari bagian hemoglobin.

Parasit cepat berkembang menjadi skizon. Bilamana perkembangan merozoit telah sempurna, maka sel pecah kemudian keluar sel metabolik dari parasit dan residu dari sel hospes termasuk hemozoin. Banyak merozoit dibunuh oleh sel reticuloendothelial dan leukosit, tetapi masih ada sejumlah merozoit yang berparasit dalam sel hospes.

Setelah beberapa generasi proses reproduksi aseksual tersebut, beberapa merozoit masuk kedalah sel eritrositt dan membentuk “Makrogametosit” dan “mikrogametosit”, berbentuk agak pipih dan mengandung hemozoin. “Gametocytogenesis” mungkin juga terjadi dalam hati. Bila tidak termakan nyamuk, gametosit segera akan mati atau dimakan oleh sel fagosit dalam sistem reticuloendothelial.

Fase Invertebrata

Bila eritrosit yang mengandung gemetosit dihisap oleh nyamuk yang bukan vektor (tidak cocok), maka darah akan didigesti dan parasit akan mati. Tetapi bila dihisap oleh nyamuk vektor (cocok) maka gametosit berkembang menjadi gamet. Secara alami hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hospes yang cocok pada parasit plasmodium adalah nyamuk Anopheles spp. Setelah keluar dari eritrosit, makrogametosit matang menjadi makrogamet. Di lain pihak mikrogamet berubah bentuk menjadi “exflagelasi”. Begitu mikrogamet menjadi extraseluler, dalam waktu 10-12 menit, nucleus membelah diri menjadi 6-8 anak nuclei, dimana setiap nuclei berkembang menjadi axonema. Pada saat dinding mikrogamet pecah setiap flagella yang mengandung nuclei bergerak keluar bebas mencari makrogamet dan berpenetrasi sehingga terjadi fertilisasi. Hasilnya adalah zygot diploid yang dengan cepat berkembang menjadi ookinete yang motil dengan bentuk yang memanjang. Ookinete berpenetrasi ke membran periothropic dinding usus nyamuk, bermigrasi ke haemocel usus dan berubah bentuk menjadi oocyt. Oocyt ditutupi oleh capsul segera setelah keluar dari haemocel. Selama perjalanannya tersebut zygot membelah diri secara haploid dengan banyak inti sel disebut mitokondria dan inclusion lainnya. Sporoblast membelah menjadi ribuan sporozoit. Sporozoit ini memecah oocyst dan keluar bermigrasi dalam tubuh nyamuk, kemudian masuk kedalam kelenjar ludah nyamuk menunggu untuk diinjeksikan ke hospes vertebrata.


Patologi penyakit Malaria

Gejala klinis yang terlihat dari penyakit malaria ini disebabkan oleh 2 faktor penting yaitu:

  1. Respons radang dari hospes yang terciri dengan adanya demam
  2. Anemia, terjadi karena perusakan sel darah merah dengan urutan keparahan : falciparum > vivax > malaria > ovale
Penyebab utama anemia adalah adanya hemolisis dari eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak, sedangkan tubuh tidak mampu untuk merecycle ikatan Fe dalam hemozoin yang tidak larut dalam perusakan retikulosit oleh parasit (terutama P. vivax). Terjadinya hemolisis eritrosit menyebabkan peningkatan bilirubin dalam darah, dimana bilirubin adalah produk dari haemoglobin yang pecah. Hemozoin terbawa oleh sirkulasi leukosit dan terdeposit dalam sistem reticuloendothelial. Pada kasus yang berat organ viscera terutama hati, limpa dan otak menjadi berwarna gelap kehitaman karena adanya deposit pigmen tersebut.

Terjadinya demam pada penyakit malaria adalah berhubungan erat dengan kerusakan dari generasi merozoit dan rupturnya sel darah merah yang berisi merozoit tersebut. Terjadinya demam juga dirangsang oleh produk eksresi dari parasit yang dikeluarkan pada waktu eritrosit lisis.

Beberapa hari sebelum terjadinya serangan pertama, pasien merasa lesu, nyeri otot, sakit kepala, hilang nafsu makan dan demam ringan, atau kadang tidak terlihat gejala apapun. Yang khas pada serangan malaria tertiana atau quartana adalah rasa dingin, kemudian suhu badan meningkat cepat sampai 40oC, gigi menggigil, mual dan muntah dapat terjadi. Suhu tubuh tinggi tersebut terjadi setelah ½-1 jam, dengan rasa sakit kepala dan tubuh terasa panas. Suhu tubuh turun dengan cepat kembali ke normal dalam waktu 2-3 jam dan serangan tersebut secara keseluruhan terjadi dalam waktu 8-12 jam. Penderita dapat tidur sejenak dan merasa sehat sampai terjadi serangan berikutnya.

Karena sinkronisasi Plasmodium falciparum tidak begitu terlihat maka onset demam tersebut terjadi secara perlahan (gradual), tetapi masa kenaikan suhu tubuh tersebut lebih lama. Terjadinya demam dapat kontinyu atau berfluktuasi, tetapi pasien tidak merasakan sehat diantara terjadinya serangan. Malaria falciparum selalu terlihat serius dan kadang menyebabkan terjadinya bentuk perniciosa atau ganas dan penyakit dengan cepat dapat menyebabkan fatal.

“Demam billious remitent”, adalah demam malaria yang paling sering ditemui dan kurang berbahaya. Gejala ini ditandai dengan nausea, vomitus profus dan continyus, kadang disertai haemoragik dalam lambung. Gejala penyakit kuning (jaundice) biasanya terlihat pada hari kedua. Cairan urine mengandung pigmen empedu dan demam cenderung tinggi dan berfluktuasi (remitent).

“Malaria cerebral”, dapat terjadi secara gradual, tetapi biasanya mendadak, sakit kepala berat, dapat diikuti dengan koma. Suhu tubuh naik sangat tinggi 41oC dapat terjadi. Pada kejadian yang mendadak ditandai dengan gejala mania dan gejala gangguan saraf, convulsi terutama pada anak. Kematian dapat terjadi beberapa jam kemudian. Fase awal dari malaria serebral ini kadang dikelirukan dengan toksisitas alkohol akut.

“Malaria algid”, kondisi yang mirip dengan malaria serebral, tetapi disertai dengan gangguan usus dan viscera lainnya. Kulit teraba dingin dan lengket, tetapi bagian internal suhunya tinggi. Penderita merasa lemah dan biasanya tak sdarkan diri. Ada 2 tipe malaria algid:


1) gastrik, dengan gejala muntah terus menerus,
2) Dysentri, diare profus bercampur darah dan ditemukan banyak parasit dalam darah campur feses.

Terjadi banyak pembendungan kapiler darah sehingga permiabilitasnya pembuluh darah meningkat, akibatnya banyak protein dan cairan keluar dari pembuluh darah masuk ke dalam jaringan, sebagai akibatnya darah akan terhenti mengalir.

“Demam black water”, suatu kondisi yang berbahaya dengan infeksi dari Plasmodium falciparum. Gejalanya adalah akut, eritrosit lisis, ditandai dengan banyak hemoglobin bebas dan bahan sel darah yang pecah di dalam darah dan urine disertai dengan kegagalan ginjal. Karena danya hemoglobin dan serpihan darah lainnya dalam urine, warna urine menjadi gelap (sesuai dengan nama black water). Terjadi demam disertai dengan jaundice dan vomiting. Terjadi kegagalan ginjal biasanya penyebab terjadinya kematian. Kerusakan ginjal diakibatkan oleh anoxia renal, penurunan daya filtrasi glomeruli dan resorpsi tubulus.

Imunitas Malaria

Suatu kenyataan bahwa terjadinya penyakit akan menimbulkan respons imun dari hospes yaitu dengan adanya reaksi radang, hal tersebut bergantung pada derajat infeksinya. Bilamana P. vivax memproduksi 24 merozoit setiap 48 jam akan menghasilkan 4,59 milyard parasit dalam waktu 14 hari, sehingga hospes akan tidak tahan bila organisme terus berbiak tanpa dikontrol. Perkembangan suatu proteksi imun dapat terjadi pada malaria. Terjadinya relaps dan timbulnya penyakit erat hubungannya dengan rendahnya titer antibodi atau peningkatan kemampuan parasit melawan antibodi tersebut. Tetapi hal tersebut bergantung pada perbedaan genetik dari populsi skizon. Gejala pada waktu relaps biasanya kurang berbahaya daripada saat terjadi serangan pertama kali, tetapi tingkat parasitemianya tinggi setelah serangan pertama dan diantara periode relaps, biasanya pasien mempunyai toleransi terhadap organisme, hal itu terlihat pada saat tingkat toleransi tinggi jumlah parasit dalam darah cukup tinggi seperti pada serangan awal.

Pada daerah endemik, janin dilindungi oleh sistem antibodi maternal dan anak sangat beresiko bila diserang apabila telah disapih. Daya imunitas pada anak yang selamat pada serangan pertama akan selalu dirangsang oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi selama anak tinggal di daerah endemik malaria. Daya imunitas malaria adalah spesies spesifik, seseorang yang kebal terhadap malaria vivax akan terserang penyakit malaria lagi bila terinfeksi oleh malaria falciparum.
Plasmodium ovale

Penyakit yang disebabkan infeksi parasit ini disebut “malaria tertiana ringan” dan merupakan parasit malaria yang paling jarang pada manusia. Biasanya penyakit malaria ini tersebar di daerah tropik, tetapi telah dilaporkan di daerah Amerika Serikat dan Eropa. Penyakit banyak dilaporkan di daerah pantai Barat Afrika yang merupakan lokasi asal kejadian, penyakit berkembang ke daerah Afrika Tengah dan sedikit kasus di Afrika Timur. Juga telah dilaporkan kasus di Philipina, NewGuenia dan Vietnam. Plasmodium ovale sulit didiagnosis karena mempunyai kesamaan dengan P. vivax.

Skizon yang masak berbentuk oval dan mengisi separo dari sel darah hospes. Biasanya akan terbentuk 8 merozoit, dengan kisaran antara 4-16. Bentuk titik (dot) terlihat pada awal infeksi ke dalam sel darah merah. Bentuknya lebih besar daripada P. vivax dan bila diwarnai terlihat warna merah terang. Gametosit dari P. ovale memerlukan waktu lebih lama dalam darah perifer daripada malaria lainnya. Tetapi mereka dapat menginfeksi nyamuk secara teratur dalam waktu 3 minggu setelah infeksi.

Gambaran Mikroskopis Pewarnaan Giemsa

Poin Diagnostik :
  • Eritrosit membesar, berbentuk bulat atau oval dan salah satu atau kedua ujungnya fimbrieted.
  • Sitoplasma eritrosit terdapat James's dots
  • Sering ditemukan comet forms
  • Sitoplasma parasit kompak
  • Skizon matang mirip dengan P. malariae
Morfologi parasit pada sediaan darah tipis penderita malaria, pewarnaan Giemsa



16.A   Gambar ring forms (Jeffrey & Leach, 1975)
16.B   Ring forms




17.A  Gambar skematik trofozoit, eritrosit fimbrieted dan sitoplasma eritrosit terdapat titik James's (Jeffrey & Leach, 1975)
17.B   Stadium tropozoit
17.C   Comet forms
17.D   Tropozoit




16.A   Gambar skizon muda (Jeffrey & Leach, 1975)
16.B   Stadium skizon muda (dari dr. Arthur P. Kawilarang M.Kes)
16.C   Gambar skizon tua (Jeffrey & Leach, 1975)
16.D   Stadium skizon tua (dari dr. Arthur P. Kawilarang M.Kes)




19.A   Gambaran skematik makrogametosit (Jeffrey & Leach, 1975)
19.B   Stadium makrogametosit
19.C   Gambaran skematik mikrogametosit (Jeffrey & Leach, 1975)
19.D   Stadium mikrogametosit


Gambar parasit dalam sediaan darah tebal




20  Tropozoit P. ovale sulit dibedakan dengan P. vivax



Gambaran mikroskopis pewarnaan AO (Acridine Orange)

Parasit malaria dapat didiagnosis menggunakan mikroskop fluoresen dengan pewarnaan AO atau mikroskop cahaya dimodifikasi dengan menggunakan filter khusus pada badan mikroskop dan sumber sinar lampu halogen. Mikroskop sistem filter AO mempunyai keuntungan dapat digunakan di lapangan dan pemeriksaan dilakukan di tempat. Parasit berfluoresen dengan intensitas tinggi dan perbedaan warna yang mencolok.

Poin Diagnostik :
Sel darah merah 
  • Morfologi sel darah merah terinfeksi parasit dapat diamati 
  • Sel darah merah berwarna hijau gelap dan tidak berfluoresen 
Parasit
  • Inti parasit berwarna hijau flouresen
  • Sitoplasmanya warna merah atau orange
  • Semua stadium parasit malaria, bentuk-bentuk karakteristik mudah diidentifikasi
  • Pigmen parasit, stippling pada sitoplasma eritrosit dan granula tidak tampak pada pewarnaan AO
  • Diagnosis P. malariae didasarkan pada deteksi bentukan khusus misalnya band form, skizon muda atau matang, gametosit dan eritrosit terinfeksi parasit tidak membesar.
  • Untuk P. ovale didasarkan pada morfologi eritrosit berbentuk lonjong dengan kedua atau salah satu ujungnya fimbrieted. Bentuk eritrosit lebih mudah diamati dengan mikroskop biasa dibandingkan dengan mikroskop flouresen. Sitoplasma parasit lebih kompak dibandingkan pada P. vivax.
Sediaan darah penderita malaria pada pewarnaan AO


24.A   Tropozoit P. ovale (double infeksi)
24.B   Tropozoit P. ovale, eritrosit berbentuk oval dan satu ujungnya fimbrieted (lensa obyektif 40X)

24.C   Tropozoit P. ovale
24.D   Gametozit (lensa obyektif 40X)


Sumber : Drh. Suhintam Pusarawati M.Kes, dr. Indah S. Tantular M.Kes., PhD.
Plasmodium malariae

Infeksi parasit P. malariae disebut juga “Malaria quartana” dengan terjadinya krisis penyakit setiap 72 jam. Hal tersebut dikenali sejak jaman Yunani, karena waktu demam berbeda dengan parasit malaria tertiana. Pada tahun 1885 Golgi dapat membedakan antara demam karena penyakit malaria tertiana dengan quartana dan memberikan deskripsi yang akurat dimana parasit tersebut diketahui sebagai P. malariae.

Plasmodium malariae adalah parasit kosmopolitan, tetapi distribusinya tidak continyu di setiap lokasi. Parasit sering ditemukan di daerah tropik Afrika, Birma, India, SriLanka, Malaysia, Jawa, New Guienia dan Eropa. Juga tersebar di daerah baru seperti Jamaica, Guadalope, Brazil, Panama dan Amerika Serikat. Diduga parasit menyerang orang di zaman dulu, dengan berkembangnya peradaban dan migrasi penduduk, kasus infeksi juga menurun.

Schizogony exoerytrocytic terjadi dalam waktu 13-16 hari, dan relaps terjadi sampai 53 tahun. Bentuk eritrosit berkembang lambat di dalam darah dan gejala klinis terjadi sebelumnya, dan mungkin ditemukan parasit dalam ulas darah. Bentuk cincin kurang motil daripada P. vivax, sedangkan sitoplasma lebih tebal. Bentuk cincin yang pipih dapat bertahan sampai 48 jam, yang akhirnya berubah bentuk memanjang menjadi bentuk “band” yang mengumpulkan pigmen di pinggirnya. Nukleus membelah menjadi 6-12 merozoit dalam waktu 72 jam. Tingkat parasitemianya relatif rendah sekitar 1 parasit tiap 20.000 sel darah. Rendahnya jumlah parasit tersebut berdasarkan fakta bahwa merozoit hanya menyerang eritrosit yang tua yang segera hilang dari peredaran darah karena didestruksi secara alamiah.

Gametosit mungkin berkembang dalam organ internal, bentuk matangnya jarang ditemukan dalam darah perifer. Mereka berkembang sangat lambat untuk menjadi sporozoit infektif.

Gambaran Mikroskopis Pewarnaan Giemsa

Poin Diagnostik :
  • Eritrosit tidak membesar 
  • Ring form tampak kukuh
  • Inti (kromatin) pada permukaan bagian dalam cincin
  • Band form (bentuk pita) karakteristik pada spesies ini
  • Skizon matang bentuknya khas dengan merozoit tersusun simetris (rosset) mengelilingi pigmen yang menggumpal berwarna cokelat tua.
Morfologi parasit pada sediaan darah tipis penderita malaria 


8.A   Stadium tropozoit (band forms)
8.B   Stadium skizon


11.A   Gambar ring forms (Jeffrey & Leach, 1975)
11.B   Ring forms dari sediaan darah tipis
11.C   Ring forms (Bird eyes)
11.D   Tropozoit dengan pigmen cokelat tengguli


11.A   Gambar skematik band forms (Jeffrey & Leach, 1975)
11.B   Tropozoit (band forms) dari sediaan darah tipis 
11.C   Tropozoit (basket forms)
11.D   Tropozoit tua, kromatin tampak akan membelah


12.A   Gambar stadium skizon matang (Jeffrey & Leach, 1975)
12.B, C, dan D. Stadium skizon dari sediaan darah tipis penderita Merozoit 6-12 (rata-rata 8), tersusun simetris (rossets), pigmen cokelat kekuningan.

Gambar parasit dalam sediaan darah tebal


15.A   Ring forms
15.B dan C. Tropozoit
15.C   Skizon matang (atas) dan skizon muda (bawah)

Gambaran mikroskopis pewarnaan AO (Acridine Orange)

Parasit malaria dapat didiagnosis menggunakan mikroskop fluoresen dengan pewarnaan AO atau mikroskop cahaya dimodifikasi dengan menggunakan filter khusus pada badan mikroskop dan sumber sinar lampu halogen. Mikroskop sistem filter AO mempunyai keuntungan dapat digunakan di lapangan dan pemeriksaan dilakukan di tempat. Parasit berfluoresen dengan intensitas tinggi dan perbedaan warna yang mencolok. 

Poin Diagnostik :

Sel darah merah
  • Morfologi sel darah merah terinfeksi parasit dapat diamati
  • Sel darah merah berwarna hijau gelap dan tidak berfluoresen
Parasit
  • Inti parasit berwarna hijau flouresen
  • Sitoplasmanya warna merah atau orange
  • Semua stadium parasit malaria, bentuk-bentuk karakteristik mudah diidentifikasi
  • Pigmen parasit, stippling pada sitoplasma eritrosit dan granula tidak tampak pada pewarnaan AO
  • Diagnosis P. malariae didasarkan pada deteksi bentukan khusus misalnya band form, skizon muda atau matang, gametosit dan eritrosit terinfeksi parasit tidak membesar.
  • Untuk P. ovale didasarkan pada morfologi eritrosit berbentuk lonjong dengan kedua atau salah satu ujungnya fimbrieted. Bentuk eritrosit lebih mudah diamati dengan mikroskop biasa dibandingkan dengan mikroskop flouresen. Sitoplasma parasit lebih kompak dibandingkan pada P. vivax.
Sediaan darah penderita malaria pada pewarnaan AO
23.A   Tropozoit (band forms)
23.B   Gametosit (lensa obyektif 40X)

23.C dan D   Skizon matang P. malariae (lensa obyektif 40X)

Sumber : Drh. Suhintam Pusarawati M.Kes, dr. Indah S. Tantular M.Kes., PhD.
Plasmodium falciparum

Penyakit malaria yang disebabkan oleh spesies ini disebut juga “Malaria tertiana maligna”, adalah merupakan penyakit malaria yang paling ganas yang menyerang manusia. Daerah penyebaran malaria ini adalah daerah tropik dan sub-tropik, dan kadang dapat meluas ke daerah yang lebih luas, walaupun sudah mulai dapat diberantas yaitu di Amerika Serikat, Balkan dan sekitar Mediterania. Malaria falciparum adalah pembunuh terbesar manusia di daerah tropis di seluruh dunia yang diperkirakan sekitar 50% penderita malaria tidak tertolong.

Malaria tertiana maligna selalu dituduh sebagai penyebab utama terjadinya penurunan populasi penduduk di jaman Yunani kuno dan menyebabkan terhentinya expansi “Alexander yang agung” menaklukan benua Timur karena kematian serdadunya oleh serangan malaria ini. Begitu juga pada perang Dunia I dan II terjadinya kematian manusia lebih banyak disebabkan oleh penyakit malaria ini daripada mati karena perang.

Seperti pada malaria lainnya, schizont exoerytrocytic dari P. falciparum timbul dalam sel hati. Schizont robek pada hari ke 5 dan mengeluarkan 30.000 merozoit. Disini tidak terjadi fase exoerytrocytic ke 2 dan tidak terjadi relaps. Tetapi penyakit akan timbul lagi sekitar 1 tahun, biasanya sekitar 2-3 tahun kemudian setelah infeksi pertama. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah populasi parasit yang sedikit di dalam sel darah merah.

Merozoit menyerang sel darah merah pada semua umur, disamping itu P. falciparum terciri dengan tingkat parasitemia yang tinggi dibanding malaria lainnya. Sel darah yang mengandung parasit ditemukan dalam jaringan yang paling dalam seperti limpa dan sumsum tulang pada waktu schizogony. Pada waktu gametosit berkembang, sel darah tersebut bergerak menuju sirkulsi darah perifer, biasanya terlihat sebagai bentuk cincin.

Tropozoit bentuk cincin adalah yang paling kecil di antara parasit malaria lainnya yang menyerang manusia, sekitar 1,2um. Begitu tropozoit tumbuh dan mulai bergerak dengan pseudopodi, pergerakannya tidak seaktif infeksi P. vivax. Eritrosit yang terinfeksi berkembang menjadi ireguler dan lebih besar daripada P. vivax, sehingga menyebabkan degenerasi sel hospes.

Skizon yang matang berkembang menjadi 8-32 merozoit, pada umumnya 16 merozoit. Schizont sering ditemukan pada darah perifer, fase eritrosit ini memakan waktu sekitar 48 jam. Pada kondisi yang berat, saat terjadi parasitemia ditemukan lebih dari 65% eritrosit mengandung parasit, tetapi biasanya pada kepadatan 25% saja sudah menyebabkan fatal.
Plasmodium vivax

Spesies plasmodium ini menyebabkan penyakit “Malaria tertiana benigna” atau disebut malaria tertiana. Nama tertiana adalah berdasarkan fakta bahwa timbulnya gejala demam terjadi setiap 48 jam. Nama tersebut diperoleh dari istilah Roma, yaitu hari kejadian pada hari pertama, sedangkan 48 jam kemudian adalah hari ke 3. Penyakit ini banyak terjadi di daerah tropik dan sub tropik, kejadian penyakit malaria 43% disebabkan oleh P. vivax. Proses schizogony exoerytrocytic dapat terus terjadi sampai 8 tahun, disertai dengan periode relaps, disebabkan oleh terjadinya invasi baru terhadap eritrosit. Kejadian relaps terciri dengan pasien yang terlihat normal (sehat) selama periode laten. Terjadinya relaps juga erat hubungannya dengan reaksi imunitas dari individu.

Plasmodium vivax hanya menyerang eritrosit muda (retikulosit), dan tidak dapat menyerang/tidak mampu menyerang eritrosit yang matang. Segera setelah invasi ke dalam eritrosit, P. vivax langsung membentuk cincin, sitoplasma menjadi aktif seperti amoeba membentuk pseudopodia bergerak ke segala arah sehingga disebut “vivax”. Infeksi terhadap eritrosit lebih dari satu tropozoit dapat terjadi tetapi jarang. Pada saat tropozoit berkembang eritrosit membesar, pigmennya berkurang dan berkembang menjadi peculiar stipling disebut “Schuffners dot”. Dot (titik) tersebut akan terlihat bila diwarnai dan akan terlihat parasit di dalamnya. Cincin menempati 1/3-1/2 dari eritrosit dan tropozoit menempati 2/3 dari sel darah merah tersebut selama 24 jam. Granula hemozoin mulai terakumulasi sesuai dengan pembelahan nukleus dan terulang lagi sampai 4 kali, terdapat 16 nukleus pada skizon yang matang. Proses schizogony dimulai dan granula pigmen terakumulasi dalam parasit. Merozoit yang bulat dengan diameter 1,5 um langsung menyerang eritrosit lainnya.

Beberapa merozoit berkembang menjadi gametosit, dan gametosit yang matang mengisi sebagian besar eritrosit yang membesar (10um). Sedangkan mikrogametosit terlihat lebih kecil dan biasanya hanya terlihat sedikit dalam eritrosit. Gametosit memerlukan 4 hari untuk masak. Perbandingan antara macro:microgametosit adalah 2:1, dan salah satu sel darah kadang diisi keduanya (macro+micro) dan skizon.

Dalam nyamuk terjadi proses pembentukan zygot, ookinete dan oocyt dengan ukuran 50 um dan memproduksi 10.000 sporozoit. Terlalu banyak oocyst dapat membunuh nyamuk itu sendiri sebelum oocyt berkembang menjadi sporozoit.

Gambaran Mikroskopis Pewarnaan Giemsa

Poin Diagnostik :
  • Eritrosit yang terinfeksi membesar
  • Parasit stadium tua (tropozoit maupun skizon) sering ditemukan pada sediaan darah tepi
  • Ring forms matang cenderung besar dan kasar
  • Schufner's dots sering tampak pada sitoplasma eritrosit
  • Sitoplasma parasit tidak teratur (ameboid)
Morfologi parasit pada sediaan darah tipis penderita malaria, pewarnaan Giemsa 



5.A  Gambar skematis ring forms (Jeffrey & Leach, 1975)
5.B  Ring forms


6.A  Gambar skematik tropozoit, sitoplasma parasit ameboid dan sitoplasma eritrosit terdapat titik Maurer's (Jeffrey & Leach, 1975)
6.B   Stadium tropozoit (ameboid)
6.C   Stadium tropozoit
6.D   Stadium tropozoit tua



7.A   Gambar skematik skizon matang (Jeffrey & Leach, 1975)
7.B   Stadium skizon matang
7.C   Stadium skizon matang
7.D   Merozoit yang akan menginfeksi eritrosit baru


8.A   Gambar skematik makrogametosit (Jeffrey & Leach, 1975)
8.B   Stadium makrogametosit (gametosit betina)
8.C   Gambar skematik mikrogametosit (Jeffrey & Leach, 1975)
8.D   Stadium mikrogametosit (gametosit jantan)




9.A  Tropozoit ditandai dengan sitoplasma yang tidak teratur dengan zona merah (Schuffner dots)
9.B   Skizon matang dengan pigmen menggumpal berwarna cokelat hitam

Gambaran mikroskopis pewarnaan AO (Acridine Orange)

Parasit malaria dapat didiagnosis menggunakan mikroskop fluoresen dengan pewarnaan AO atau mikroskop cahaya dimodifikasi dengan menggunakan filter khusus pada badan mikroskop dan sumber sinar lampu halogen. Mikroskop sistem filter AO mempunyai keuntungan dapat digunakan di lapangan dan pemeriksaan dilakukan di tempat. Parasit berfluoresen dengan intensitas tinggi dan perbedaan warna yang mencolok. 

Poin Diagnostik :

Sel darah merah 
  • Morfologi sel darah merah terinfeksi parasit dapat diamati 
  • Sel darah merah berwarna hijau gelap dan tidak berfluoresen 
Parasit
  • Inti parasit berwarna hijau flouresen 
  • Sitoplasmanya warna merah atau orange 
  • Semua stadium parasit malaria, bentuk-bentuk karakteristik mudah diidentifikasi 
  • Pigmen parasit, stippling pada sitoplasma eritrosit dan granula tidak tampak pada pewarnaan AO 
  • Diagnosis P. malariae didasarkan pada deteksi bentukan khusus misalnya band form, skizon muda atau matang, gametosit dan eritrosit terinfeksi parasit tidak membesar. 
Untuk P. ovale didasarkan pada morfologi eritrosit berbentuk lonjong dengan kedua atau salah satu ujungnya fimbrieted. Bentuk eritrosit lebih mudah diamati dengan mikroskop biasa dibandingkan dengan mikroskop flouresen. Sitoplasma parasit lebih kompak dibandingkan pada P. vivax. 

Sediaan darah penderita malaria pada pewarnaan AO


22.A   Tropozoit (ameboid)
22.B   Skizon muda P. vivax (lensa obyektif 40X)

22.C   Skizon P. vivax
22.D   Makrogametosit (lensa obyektif 40X)

Sumber : Drh. Suhintam Pusarawati M.Kes, dr. Indah S. Tantular M.Kes., PhD.
Powered by Blogger.