Malaria

Malaria

Subordo haemosporina terdiri dari tiga famili, yaitu Plasmodiidae, Haemoproteidae dan Leucocytozoonidae. Makrogametost dan mikrogametosit berkembang secara terpisah. Bentuk zygot adalah motil disebut ookinete, sedangkan sporozoit berada dalam dinding spora. Protozoa ini adalah heteroxegenous, dimana merozoit diproduksi di dalam hospes vertebrata dan sporozoit berkembang dalam hospes invertebrata. Malaria sangat berperan penting dalam jatuh bangunnya suatu bangsa dan telah membunuh jutaan orang di seluruh dunia.

Sekitar 90 negara telah berusaha melakukan pemberantasan penyakit malaria ini, dan sampai sekarang masih merupakan penyakit yang penting dalam aspek ekonomi maupun korban kematian penduduk. Kemajuan telah diperoleh dalam usaha pemberantasan penyakit ini. Diantara tahun 1948-1965 sejumlah kasus malaria dapat dikurangi, total sekitar 350 juta menjadi tinggal 100 juta. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, pemberantasan daerah endemik malaria telah diselesaikan.

Sampai sekarang masih jutaan penduduk tinggal di daerah endemik malaria. Kondisi tersebut terjadi di suatu daerah atau suatu negara yang belum berkembang baik dalam hal administrasi pemerintahan, sumber dana dan sumber daya manusia dalam memberantas penyakit ini.

Klasifikasi: 
Family : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Species: Plasmodium vivax
Plasmodium falciparum
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale

Daur Hidup

Secara teknis, sebagi hospes definitif dari Plasmodium spp adalah hewan invertebrata yaitu nyamuk karena reproduksi seksual terjadi di sini. Sedangkan reproduksi aseksual terjadi pada hospes vertebrata termasuk orang, di sini disebut hospes intermedier. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa gametosit terbentuk dalam darah vertebrata dan fertilisasi terjadi di dalam lambung nyamuk. Dari hal tersebutlah yang menunjukkan bahwa vertebrata masih merupakan hospes definitif.

Fase Vertebrata

Bila nyamuk terinfeksi plasmodium menghisap darah vertebrata, nyamuk menginjeksikan air ludahnya (saliva) yang berisi sporozoit yang kecil dan memanjang masuk ke dalam aliran darah. Pada dasarnya sporozoit bentuknya mirip dengan Emeria atau parasit coccidia dengan panjang 10-15 um dan diameter 1 um.

Begitu masuk aliran darah sporozoit langsung menghilang dalam waktu 1 jam. Ternyata mereka masuk ke dalam parenkim hati atau organ internal lainnya. Fase ini disebut fase “Pre eritrositik” atau “exoerytrocytic primer” (schizogony). Begitu masuk ke dalam sel hati, parasit bermetamorfosis menjadi tropozoit. Tropozoit memakan sitoplasma dari sel hospes secara pynositosis. Setelah sekitar 1 minggu, tropozoit menjadi matang dan mulai mengalami proses scizogony. Sejumlah anak nuclei terbentuk dan berubah bentuk menjadi skizon yang disebut “Cryptozoit” . Dalam masa pembelahan inti, membran nukleus tetap utuh. Mitokondria membesar pada saat terjadi perkembangan tropozoit menjadi banyak mitokondria. Merozoit yang terbentuk terjadi setelah proses cytokinesis. Merozoit lebih pendek daripada sporozoit. Merozoit masuk ke sel hati lainnya dan membentuk skizon dan kemudian membentuk merozoit lagi.

Merozoit meninggalkan sel hati berpenetrasi ke dalam sel eritrosit, ini adalah awal fase “eritrositik”. Begitu masuk eritrositt, merozoit berubah bentuk menjadi tropozoit lagi. Sitoplasma sel darah dimakan dan membentuk vacuola cincin sitoplasma dengan nukleus berada di pinggirnya. Pada saat tropozoit tumbuh, vacuola menjadi tidak jelas, tetapi terlihat granula pigmen dari hemozoin dari vacuola. “Hemozoin” adalah produk dari digesti parasit asal hemoglobin dari hospes tetapi bukan degradasi dari bagian hemoglobin.

Parasit cepat berkembang menjadi skizon. Bilamana perkembangan merozoit telah sempurna, maka sel pecah kemudian keluar sel metabolik dari parasit dan residu dari sel hospes termasuk hemozoin. Banyak merozoit dibunuh oleh sel reticuloendothelial dan leukosit, tetapi masih ada sejumlah merozoit yang berparasit dalam sel hospes.

Setelah beberapa generasi proses reproduksi aseksual tersebut, beberapa merozoit masuk kedalah sel eritrositt dan membentuk “Makrogametosit” dan “mikrogametosit”, berbentuk agak pipih dan mengandung hemozoin. “Gametocytogenesis” mungkin juga terjadi dalam hati. Bila tidak termakan nyamuk, gametosit segera akan mati atau dimakan oleh sel fagosit dalam sistem reticuloendothelial.

Fase Invertebrata

Bila eritrosit yang mengandung gemetosit dihisap oleh nyamuk yang bukan vektor (tidak cocok), maka darah akan didigesti dan parasit akan mati. Tetapi bila dihisap oleh nyamuk vektor (cocok) maka gametosit berkembang menjadi gamet. Secara alami hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hospes yang cocok pada parasit plasmodium adalah nyamuk Anopheles spp. Setelah keluar dari eritrosit, makrogametosit matang menjadi makrogamet. Di lain pihak mikrogamet berubah bentuk menjadi “exflagelasi”. Begitu mikrogamet menjadi extraseluler, dalam waktu 10-12 menit, nucleus membelah diri menjadi 6-8 anak nuclei, dimana setiap nuclei berkembang menjadi axonema. Pada saat dinding mikrogamet pecah setiap flagella yang mengandung nuclei bergerak keluar bebas mencari makrogamet dan berpenetrasi sehingga terjadi fertilisasi. Hasilnya adalah zygot diploid yang dengan cepat berkembang menjadi ookinete yang motil dengan bentuk yang memanjang. Ookinete berpenetrasi ke membran periothropic dinding usus nyamuk, bermigrasi ke haemocel usus dan berubah bentuk menjadi oocyt. Oocyt ditutupi oleh capsul segera setelah keluar dari haemocel. Selama perjalanannya tersebut zygot membelah diri secara haploid dengan banyak inti sel disebut mitokondria dan inclusion lainnya. Sporoblast membelah menjadi ribuan sporozoit. Sporozoit ini memecah oocyst dan keluar bermigrasi dalam tubuh nyamuk, kemudian masuk kedalam kelenjar ludah nyamuk menunggu untuk diinjeksikan ke hospes vertebrata.


Patologi penyakit Malaria

Gejala klinis yang terlihat dari penyakit malaria ini disebabkan oleh 2 faktor penting yaitu:

  1. Respons radang dari hospes yang terciri dengan adanya demam
  2. Anemia, terjadi karena perusakan sel darah merah dengan urutan keparahan : falciparum > vivax > malaria > ovale
Penyebab utama anemia adalah adanya hemolisis dari eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak, sedangkan tubuh tidak mampu untuk merecycle ikatan Fe dalam hemozoin yang tidak larut dalam perusakan retikulosit oleh parasit (terutama P. vivax). Terjadinya hemolisis eritrosit menyebabkan peningkatan bilirubin dalam darah, dimana bilirubin adalah produk dari haemoglobin yang pecah. Hemozoin terbawa oleh sirkulasi leukosit dan terdeposit dalam sistem reticuloendothelial. Pada kasus yang berat organ viscera terutama hati, limpa dan otak menjadi berwarna gelap kehitaman karena adanya deposit pigmen tersebut.

Terjadinya demam pada penyakit malaria adalah berhubungan erat dengan kerusakan dari generasi merozoit dan rupturnya sel darah merah yang berisi merozoit tersebut. Terjadinya demam juga dirangsang oleh produk eksresi dari parasit yang dikeluarkan pada waktu eritrosit lisis.

Beberapa hari sebelum terjadinya serangan pertama, pasien merasa lesu, nyeri otot, sakit kepala, hilang nafsu makan dan demam ringan, atau kadang tidak terlihat gejala apapun. Yang khas pada serangan malaria tertiana atau quartana adalah rasa dingin, kemudian suhu badan meningkat cepat sampai 40oC, gigi menggigil, mual dan muntah dapat terjadi. Suhu tubuh tinggi tersebut terjadi setelah ½-1 jam, dengan rasa sakit kepala dan tubuh terasa panas. Suhu tubuh turun dengan cepat kembali ke normal dalam waktu 2-3 jam dan serangan tersebut secara keseluruhan terjadi dalam waktu 8-12 jam. Penderita dapat tidur sejenak dan merasa sehat sampai terjadi serangan berikutnya.

Karena sinkronisasi Plasmodium falciparum tidak begitu terlihat maka onset demam tersebut terjadi secara perlahan (gradual), tetapi masa kenaikan suhu tubuh tersebut lebih lama. Terjadinya demam dapat kontinyu atau berfluktuasi, tetapi pasien tidak merasakan sehat diantara terjadinya serangan. Malaria falciparum selalu terlihat serius dan kadang menyebabkan terjadinya bentuk perniciosa atau ganas dan penyakit dengan cepat dapat menyebabkan fatal.

“Demam billious remitent”, adalah demam malaria yang paling sering ditemui dan kurang berbahaya. Gejala ini ditandai dengan nausea, vomitus profus dan continyus, kadang disertai haemoragik dalam lambung. Gejala penyakit kuning (jaundice) biasanya terlihat pada hari kedua. Cairan urine mengandung pigmen empedu dan demam cenderung tinggi dan berfluktuasi (remitent).

“Malaria cerebral”, dapat terjadi secara gradual, tetapi biasanya mendadak, sakit kepala berat, dapat diikuti dengan koma. Suhu tubuh naik sangat tinggi 41oC dapat terjadi. Pada kejadian yang mendadak ditandai dengan gejala mania dan gejala gangguan saraf, convulsi terutama pada anak. Kematian dapat terjadi beberapa jam kemudian. Fase awal dari malaria serebral ini kadang dikelirukan dengan toksisitas alkohol akut.

“Malaria algid”, kondisi yang mirip dengan malaria serebral, tetapi disertai dengan gangguan usus dan viscera lainnya. Kulit teraba dingin dan lengket, tetapi bagian internal suhunya tinggi. Penderita merasa lemah dan biasanya tak sdarkan diri. Ada 2 tipe malaria algid:


1) gastrik, dengan gejala muntah terus menerus,
2) Dysentri, diare profus bercampur darah dan ditemukan banyak parasit dalam darah campur feses.

Terjadi banyak pembendungan kapiler darah sehingga permiabilitasnya pembuluh darah meningkat, akibatnya banyak protein dan cairan keluar dari pembuluh darah masuk ke dalam jaringan, sebagai akibatnya darah akan terhenti mengalir.

“Demam black water”, suatu kondisi yang berbahaya dengan infeksi dari Plasmodium falciparum. Gejalanya adalah akut, eritrosit lisis, ditandai dengan banyak hemoglobin bebas dan bahan sel darah yang pecah di dalam darah dan urine disertai dengan kegagalan ginjal. Karena danya hemoglobin dan serpihan darah lainnya dalam urine, warna urine menjadi gelap (sesuai dengan nama black water). Terjadi demam disertai dengan jaundice dan vomiting. Terjadi kegagalan ginjal biasanya penyebab terjadinya kematian. Kerusakan ginjal diakibatkan oleh anoxia renal, penurunan daya filtrasi glomeruli dan resorpsi tubulus.

Imunitas Malaria

Suatu kenyataan bahwa terjadinya penyakit akan menimbulkan respons imun dari hospes yaitu dengan adanya reaksi radang, hal tersebut bergantung pada derajat infeksinya. Bilamana P. vivax memproduksi 24 merozoit setiap 48 jam akan menghasilkan 4,59 milyard parasit dalam waktu 14 hari, sehingga hospes akan tidak tahan bila organisme terus berbiak tanpa dikontrol. Perkembangan suatu proteksi imun dapat terjadi pada malaria. Terjadinya relaps dan timbulnya penyakit erat hubungannya dengan rendahnya titer antibodi atau peningkatan kemampuan parasit melawan antibodi tersebut. Tetapi hal tersebut bergantung pada perbedaan genetik dari populsi skizon. Gejala pada waktu relaps biasanya kurang berbahaya daripada saat terjadi serangan pertama kali, tetapi tingkat parasitemianya tinggi setelah serangan pertama dan diantara periode relaps, biasanya pasien mempunyai toleransi terhadap organisme, hal itu terlihat pada saat tingkat toleransi tinggi jumlah parasit dalam darah cukup tinggi seperti pada serangan awal.

Pada daerah endemik, janin dilindungi oleh sistem antibodi maternal dan anak sangat beresiko bila diserang apabila telah disapih. Daya imunitas pada anak yang selamat pada serangan pertama akan selalu dirangsang oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi selama anak tinggal di daerah endemik malaria. Daya imunitas malaria adalah spesies spesifik, seseorang yang kebal terhadap malaria vivax akan terserang penyakit malaria lagi bila terinfeksi oleh malaria falciparum.

Related Posts

No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.